We loves you, kiddos

Sabtu-Minggu barangkali adalah hari yang dinanti oleh Razan. Pada hari tersebut, Razan bisa bermain sepuasnya dengan bunda, bobok siang dikeloni bunda, maem, mandi bersama bunda dan jalan-jalan bersama bunda. I know it well, that you loves me much thole. Demikian juga dengan kami my lovely kidos, We loves you much more.

Sebagai Ibu bekerja, yang bekerja dari Senin-Jum'at, dari Jam 07.30-17.00, saya meninggalkan anak lanang di rumah bersama mbah kung dan mbah uti. Otomatis, pada waktu-waktu tersebut saya tidak dapat mendampinginya. Itu pilihan dan komitmen kami. Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Dan kami terima konsekuensi itu. Sebagai kompensasinya, kami selalu meluangkan jalan-jalan di saat hari libur. Sembari memberikan kesempatan kepada Razan mengeksplorasi dunia di luar rumahnya, kami juga berupaya menghadirkan kehangatan keluarga, kesenangan dan kegembiraan yang tidak dapat kami berikan maksimal selama kami tinggalkan bekerja. Tidak harus mahal, kadang kami sekedar menyempatkan diri mengantarkannya ke lembah UGM untuk melihat rusa, berkunjung ke rumah keluarga lain, belanja atau seperti kemarin, saya ajak Razan ke pasar tradisional, Saya beri kesempatan untuknya memilih lauk untuk makan siangnya dan dipilihnya ikan kali untuk menemani makan siangnya.

Hampir dua tahun berjalan, alhamdulillah all is well. Secara psikologis dan emosional, Razan tumbuh dengan baik meski kami (bunda dan ayah) tidak  bersamanya selama 24 jam. Diusianya yang hampir 21 bulan, Razan sering sekali memberikan kejutan kecil pada kami. Kemampuannya berbicara, ekspresi-ekspresinya, cara Razan merespon sesuatu yang ada di sekitarnya, tak jarang membuat kami merasa sangat diberkahi memiliki bocah kecil itu. Seperti pagi ini ketika Razan agak susah dibangunkan. Ohya, Razan punya kebiasaan terbangun dini hari dan sebagai dampaknya agak susah kalau dibangunkan keesokan paginya.  Nah hari ini saat Razan susah dibangunkan, bunda bilang sama Razan "Razan mau bangun nggak?". "Emoh, ayan amak (Razan Ahmad) mau bobok", jawab Razan. #nah loo!!! "Kalau Razan nggak mau bangun, Bunda berangkat kerja sekarang ya", kata saya. "Razan ituk (ikut) Bunda", Jawab Razan lagi. "Kalau mau ikut, Razan bangun dulu, maem trus mandi". Langsung deh anak itu bangun, dan duduk manis menantikan suapan sarapan dari Bunda. Setelah Sarapan selesai, mandi dan minusm susu, Razan dengan setia menemani bunda dan ayak bersiap berangkat kerja. Beneran ini kayaknya, anak kecil ini berharap diajak pergi hari ini. Dan betul saja, saat saya mengangkat ransel saya keluar kamar, Razan udah teriak-teriak, "Bunda, ayan ituk eja, ayan ituk eja (Razan ikut kerja)". Oalah tole...tolee...atas jasa baik bapak saya, setiap pagi  saya bisa berangkat kerja. Dengan sigap, bapak selalu mengalihkan perhatian setiap dia merengek saat saya akan berangkat kerja.

Meskipun dia belum paham betul apa itu bekerja, kenapa saya meninggalkannnya setiap pagi dan ketemu lagi saat sore tiba, saya selalu berusaha menjelaskan dan memberi pengertian, misalnya dengan seperti ini: "Razan, kalau ayah dan bunda pergi pagi hari itu bunda dan yah mau kerja. Razan kan pinter, anak pinter itu nggak nangis kalau ditinggal ayah dan bunda bekerja. Nanti kan sore ketemu lagi, main bareng lagi dan bobok bareng lagi ya". Iya" gitu jawab Razan. Sepenuhnya Bunda mengerti bahwa Razan belum paham betul kalimat-kalimat Bunda di atas dan ketika Razan menangis saat Bunda tinggalkan untuk bekerja, Bunda paham betul itu karena Razan sayang Bunda dan nggak mau jauh dari Bunda. Begitukan le?

Belajar lagi

Barangkali hidup memang merupakan rangkaian panjang pembelajaran. Belajar bersyukur, belajar bersabar, belajar ikhlas, belajar merelakan, belajar memahami dan memaknai, belajar untuk mempercayai, belajar memberi dan berbagi, belajar memaafkan dan belajar banyak hal lagi.

Dan hari ini aku belajar satu hal baru dalam kehidupan, belajar kehilangan. Kehilangan sesuatu yang aku rasakan berharga setelah sesuatu itu tidak ada. Tak ada lagi tempat bertanya dan tak ada lagi tempat mengadu. Tak apa. Barangkali ini saatnya sudah tiba. Tidak mengandalkan orang lain dan belajar lebih mandiri.

Tentang Menjadi 'Bakul'

Sekolah lagi dan diberi kesempatan berziarah ke makam Nabi. Barangkali dua hal itu adalah dua mimpi besar saya yang sampai saat ini masih saya genggam erat dan terus diupayakan. Namun kawan, ada mimpi lain yang ingin saya wujudkan suatu saat jika Allah mengijinkan, memberikan rezeki dengan memiliki rumah dipinggir jalan, yang disana saya bisa membuka semacam warung, yang saya kelola sendiri sembari mengurus rumah dan keluarga #amin#. Di warung tersebut saya ingin berjualan alat tulis, buku, ataupun baju-baju muslim.

Mungkin bukan kebetulan jika saya punya mimpi jadi 'bakul' di warung yang saya miliki. Hampir 30 tahun saya tumbuh di tengah keluarga yang mayoritas berprofesi sebagai pedagang. Bahkan sejak SMP saya sudah dilibatkan  secara langsung dengan aktivitas berdagang oleh orang tua saya.  Saya dilatih oleh orang tua saya untuk setidaknya mencari tambahan jajan. Dan saya ketagihan menjalaninya, sampai kuliah, saya masih terus menggeluti kegiatan perbakulan tersebut. Bersama kakak saya, saya berjualan apa saja yang laku di jual. Mulai dari bubur ayam, sandal, baju muslim, jilbab sampai baju batik anak-anak hasil karya ibu dan kakak saya. Alhamdulillah baju batik anak-anak ini masih terus berlanjut sampai sekarang dan berkembang ke jenis-jenis produk batik yang lain. Namun, sejak lulus kuliah saya tak lagi intens mengelolanya karena saya fokus pada pekerjaan baru saya. Dan sejak itu sampai saat ini kakak saya yang intense mengelolanya.

Meskipun begitu, saya masih memiliki ketertarikan yang kuat untuk kembali menekuni aktivitas perbakulan. Menurut saya ada kenikmatan tersendiri dari aktivitas tersebut. Dari kegiatan tersebut saya bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan banyak orang, baik itu supplier maupun konsumen. Berdiskusi dengan mereka, bercerita ngalor-ngidul dan tak jarang akhirnya kami memiliki hubungan semacam persaudaraan. Pokoknya menyenangkan. Meski juga ada yang tidak menyenangkan dari aktivitas itu. Pendapatan yang kami peroleh sebagai bakul tidak menentu. Tergantung pada kapasitas modal dan moment, seperti moment liburan sekolah, liburan hari raya, long weekend atau pas libur sabtu-minggu. Di luar moment-moment itu pendapatannya sangat unpredictable. Tapi jadi bakul itu sungguh menyenangkan ^^.

Mundak akale, Sudo Bobote

Kalau kata orang jawa, anak kecil kalau mau bertambah pintar atau pandai dalam sesuatu hal dipastikan akan melewati sebuah fase 'rewel'. Rewel ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Namun kebanyakan penyebabnya adalah sakit. Bisa batuk, pilek, diare dan yang lainnya. 

Saya termasuk yang mempercayai keyakinan ini. Hampir 2 tahun usia Razan, setiap kali akan bertambah kemampuannya dalam sesuatu hal, Razan akan melewati tahapan sakit. Seperi dulu saat akan bisa merangkak, Razan mengalami diare hebat. Memang betul setelah sakit kemudian kemampuan Razan bertambah. Tapi tahukan ibu-ibu bahwa saat menghadapi situasi anak sakit seperti itu, sulit untuk ibu baru seperti saya dapat mencerna dan mempercayai kepercayaan tersebut. Kepercayaan seperti itu baru muncul dan dapat dicerna dengan logika sehat setelah anak sembuh dari sakit. Karena seringkali kekhawatiran yang berlebihan yang justru muncul saat anak sakit. 

Kemudian untuk sekedar membuat suasana tidak menegangkan karena anak sakit, saya sering menambahi ungkapan yang banyak dipercaya oleh orang tua jaman dulu itu dengan ungkapan 'anake mundak akale, mbokne ilang akale' :D.  

Dan dua malam yang lalu, fase itu kembali dilewati oleh Razan. Rewel dan tidak tahu apa penyebabnya. Semaleman nangis hebat tanpa saya tahu apa penyebabnya. Hanya  tanda-tanda hidung yang sedikit meler seperti mau flu yang dapat dilihat. Tetapi suhu tubuhnya normal, tidak panas. Saya berusaha tenang. Karena jika panikpun persoalan tidak akan selesai, justru Razan mungkin akan semakin menjadi-jadi nangisnya. Meskipun sudah malam, Saya ajak Razan keluar Rumah untuk melihat cicak dan mendengarkan suara-suara belalang dipohon teh-tehan. Sejenak diam, namun setelahnya nangis lagi. 

Lama-lama saya khawatir, jangan-jangan memang ada yang sakit dari anak ini tapi saya tidak mengetahuinya. Pikir saya. Atau dia merasa cumpleng aka pusing sebagai efek dari fase awal pileknya itu. Tanpa pakai lama, saya parutkan bawang merah dan saya campuri garam untuk dioles di ubun-ubun Razan. Harapan saya semoga bisa mengurangi rasa cumplengnya. 

Setelah saya olesi bawang merah, razan nangis dan minta dibersihkan olesan tersebut. Selesai membersihkan, Razan marah dan nggak mau ditemani. Saya diminta pergi. Keluarlah saya dari kamar. Razan gulang-gulung di atas kasur sendirian. Saya mencoba mengawasinya dari luar kamar. Lama kelamaan anak itu tertidur.

Razan Menikmati Pijatan Mbah Salim
Yes..saya bisa solat isya dan beberes. Setelah semuanya beres Razan terbangun dan nangis-nangis lagi. OMG, ini anak kenapa. Paginya saya bawa Razan ke mbah salim untu dipijat. Dan sodara-sodara, begitu sampai rumah mbah salim, Razan itu langsung mapan, posisi siap dipijat. Setelah dipijitin, mbah salim bilang kalau bagian bahu Razan memang ada yang keslireng aka keseleo. Oooo...ini rupanya penyebab Razan nangis semalaman. Dan sampai dirumah Razan sudah senyam-senyum memperlihatkan bahwa hari ini dia sudah Ok. 

Tapi sedihnya, pagi ini Razan keliatan kurusan dari biasanya :'(. Mosok le, cuma rewel semalem berat badanmu mngalami penurunan sih. Bunda jadi punya PR mengembalikan nafsu makan dan berat badanmu nih sekarang. Semoga sukses ngerjain PRnya :)

tentang saya

Ibu dari dua anak-anak yang sehari-hari mengajar di Universitas Aisyiyah Yogyakarta serta peneliti tentang isu-isu kebijakan publik serta dinamika pemerintahan daerah

Selamat Datang

Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini merupakan kumpulan tulisan pribadi pengisi waktu luang, renungan dan juga rekaman jejak tumbuh kembang anak lanang kami, Razan. Semoga bermanfaat.
Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

Translate

Popular Posts

Followers